RISINGTIDEPROJECT.ORG – Sultan Hasanuddin merupakan salah satu tokoh paling bersejarah dan dihormati di Indonesia, terutama di wilayah Sulawesi Selatan. Dijuluki sebagai “Ayam Jantan dari Timur” karena keberaniannya, ia adalah Sultan Gowa yang berkuasa dari tahun 1653 hingga 1669 dan dikenal karena perlawanannya yang gigih terhadap Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Kepemimpinan dan perjuangannya melawan kolonialisme Belanda telah mengukir namanya dalam sejarah Indonesia sebagai simbol perlawanan dan keberanian. Artikel ini akan membahas kehidupan Sultan Hasanuddin, strategi perlawanannya terhadap VOC, dan warisan yang ia tinggalkan.
Kehidupan Awal dan Aksesinya sebagai Sultan:
Sultan Hasanuddin lahir pada tahun 1631. Ia adalah putra dari Sultan Malikussaid, Sultan Gowa ke-16, yang memerintah kerajaan di Sulawesi Selatan. Setelah ayahnya wafat, Sultan Hasanuddin naik tahta dan menjadi Sultan Gowa ke-17. Di bawah kepemimpinannya, Gowa mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan kekuatan maritim di wilayah tersebut.
Perlawanan Terhadap VOC:
- Perjuangan Terhadap Monopoli: VOC yang datang ke Indonesia dengan tujuan untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah melihat Gowa sebagai penghalang utama. Sultan Hasanuddin menolak monopoli ini dan mempertahankan hak kerajaannya untuk berdagang secara bebas.
- Aliansi Strategis: Sultan Hasanuddin membentuk aliansi dengan kerajaan lain di wilayah Nusantara untuk menghadapi VOC. Ini termasuk perjanjian dengan kerajaan Ternate dan Bone.
- Taktik Perang: Di tengah konflik yang berkepanjangan, Sultan Hasanuddin memanfaatkan keahliannya dalam strategi perang laut dan guerilla. Ia memimpin armada lautnya dalam banyak pertempuran melawan VOC.
Penandatanganan Perjanjian Bongaya:
Perjuangan Sultan Hasanuddin terhadap VOC akhirnya mencapai titik penting dengan penandatanganan Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Perjanjian ini secara efektif mengakhiri perlawanan Sultan Hasanuddin dan menegaskan dominasi VOC atas perdagangan di Sulawesi. Meskipun terpaksa menyerah, Sultan Hasanuddin dikenang atas keberaniannya dan tidak pernah secara resmi mengakui kekuasaan Belanda.
Warisan Sultan Hasanuddin:
- Pahlawan Nasional: Pemerintah Indonesia mengakui Sultan Hasanuddin sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1960.
- Simbol Perlawanan: Beliau dihormati sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan dan kolonialisme, serta pendorong persatuan di antara kerajaan Nusantara.
- Inspirasi Budaya: Kisah Sultan Hasanuddin telah menginspirasi banyak karya sastra, seni, dan budaya di Indonesia, serta memperkuat identitas dan sejarah Sulawesi Selatan.
Sultan Hasanuddin dari Makassar adalah sosok yang mewakili keberanian, kepemimpinan, dan keteguhan hati dalam menghadapi kolonialisme. Perjuangannya melawan VOC tidak hanya menjadi bagian penting dari sejarah Sulawesi Selatan, tetapi juga telah menjadi bagian integral dari narasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Walaupun perlawanannya pada akhirnya tidak berhasil menghalau VOC, semangat dan dedikasinya terhadap tanah airnya tetap hidup dan terus menginspirasi generasi demi generasi. Sultan Hasanuddin tidak hanya diingat sebagai pahlawan lokal tetapi juga sebagai pahlawan nasional yang keberaniannya menggema jauh melampaui zaman dan wilayahnya.